10/28/2016

MEGAMAKNA HIDUP MATA AIR YANG JERNIH

Subhanallah..Walhamdulillah..Wasyukrulillah..
Bait puji dan syukur semestinya kita ucapkan. Tak tahu kapan cukupnya ucapan itu untuk mengganti semuanya. Semua kenikmatan. Pun tanpa kita minta, begitu sang Maha baik memberikan nafas yang dengannya kita dapat merenung. Merenungi bahwa tak ada alasan untuk kita tak bersyukur. Atas pemberiannya akan kemudahan setiap tapak langkah. Atas kasih sayang mereka yang menentukan keridhoan Allah terhadap kita. Pun atas kemampuanmu untuk memahami apa yang ada dihadapan kita.
            Jatuh cinta pada yang katanya lebih luas dari samudra dan perairan yang tak pernah kering. Jatuh cinta. Jatuh cinta pada indahnya ketinggian ilmu. Yes! Beberapa mimpi indah. Tidak! Aku menamainya dengan cita-cita, bukan mimpi. Caraku memaknainya sederhana, bahwa cita-cita lebih nyata. Berapa banyak bibir yang mencibir. Berapa banyak ocehan menjatuhkan. Wah sampai mentertawakan, sekali tak tertawa tersenyum dengan ejekan. Walau tak ada hak untuk menilai, pun menghakimi. Allah maha tau. Allah tau bagaimana cara untuk memeluk mimpi, cita-cita. Begitu banyak list keinginanmu, cita-citamu. Tuliskan setinggi mungkin sampai bintang enggan mencapainya. Tapi tidak, tidak tanpa untaian doa dalam sholatmu. Tak ada daya mu tanpa-Nya. Karena kau akan memeluk mimpimu, cita-citamu dengan cara-Nya.
Berkaca dari Musa AS, terus mengasah “gergajinya” mendalamkan pemahamannya, menajamkan pengertiannya. Dialah yang teralim dan terpandai di kalangan Bani Israil saat itu, karena Allah tegaskan sekalipun tujuh lautan menjadi tinta dan semua kayu-kayuan menjadi pena untuk menuliskan ilmu-Nya, tak akan cukup untuk menuliskannya. Begitu semangat Musa. Dia mengatakan “Aku takkan berhenti berjalan hingga sampai pertemuan 2 lautan atau aku akan berjalan bertahun-tahun!” tidak kah hati ini bergetar dengan tekad semangatnya, dengan waktu yang kita miliki, lebih banyak kita lalai. Panjangnya waktu plus kesabaran merupakan suplemen bagi penuntut ilmu kata Imam Asy-Syafi’i. Lalu bagaimana jika waktu kita banyak tak berarti disalah gunakan, begitu banyak kerugian. Lebihnya kita gunakan waktu itu dengan maksiat. Sama dengan mempertumpul kemampuan kita dalam menyerap cahaya itu.
“Kuadukan pada Imam Waki’ buruknya hafalan. Maka dia arahkan aku tinggalkan kemaksiatan. Nasihatnya, sungguh ilmu Allah adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan pada pendurhaka” (Imam Asy-syafi’i)
Jangankan berbuat maksiat, kita kotori sedikit saja diri kita dalam menuntut ilmu seharusnya tak pantas. Seperti Ilmu yang lebih luas dari samudera dan segala perairan dari semua penjuru. Kamu cukup memasukan cita-citamu seperti kertas kedalam botol, menutupkan dan melemparnya kelautan tanpa membuat kertas itu basah. Karena Allah dekat, Karena Alllah maha kuasa atas segala sesuatu.
Belajar adalah jalan cahaya, menuntunmu keluar dari kegelapan dunia, membawamu kejalan yang lurus, dan mengangkat derajatmu. Imam Sufyan Ats-Tsauri, “Tak ada yang lebih agung dibawah derajat kenabian, selain belajar dan mengajarkan”
Menarik benang merah. Begitu banyak nikmat-Nya hingga pasti tak akan pernah mampu untuk membalasnya. Paling tidak hidup ini mampu menjadi seperti mata air, mata air yang jernih. Bermanfaat untuk sesama dengan Ketinggian keindahan ilmu. Ilmu yang luas seperti samudra dan seluruh perairan diseluruh penjuru bumi dan mata air yang jernih, tak pernah kering, menjadi salah satu bagian terpenting dari kehidupan makhluk bermanfaat untuk sesama. Bagaimana tidak padi tumbuh dengan siramannya, ikan-ikan akan klepek-klepek tanpanya, pun manusia sangat memerlukannya.
Mata air yang jernih, visioner. Titik mula kebaikan untuk sesama.

           MEGAMAKNA HIDUP MATA AIR YANG JERNIH
Subhanallah..Walhamdulillah..Wasyukrulillah..
Bait puji dan syukur semestinya kita ucapkan. Tak tahu kapan cukupnya ucapan itu untuk mengganti semuanya. Semua kenikmatan. Pun tanpa kita minta, begitu sang Maha baik memberikan nafas yang dengannya kita dapat merenung. Merenungi bahwa tak ada alasan untuk kita tak bersyukur. Atas pemberiannya akan kemudahan setiap tapak langkah. Atas kasih sayang mereka yang menentukan keridhoan Allah terhadap kita. Pun atas kemampuanmu untuk memahami apa yang ada dihadapan kita.
            Jatuh cinta pada yang katanya lebih luas dari samudra dan perairan yang tak pernah kering. Jatuh cinta. Jatuh cinta pada indahnya ketinggian ilmu. Yes! Beberapa mimpi indah. Tidak! Aku menamainya dengan cita-cita, bukan mimpi. Caraku memaknainya sederhana, bahwa cita-cita lebih nyata. Berapa banyak bibir yang mencibir. Berapa banyak ocehan menjatuhkan. Wah sampai mentertawakan, sekali tak tertawa tersenyum dengan ejekan. Walau tak ada hak untuk menilai, pun menghakimi. Allah maha tau. Allah tau bagaimana cara untuk memeluk mimpi, cita-cita. Begitu banyak list keinginanmu, cita-citamu. Tuliskan setinggi mungkin sampai bintang enggan mencapainya. Tapi tidak, tidak tanpa untaian doa dalam sholatmu. Tak ada daya mu tanpa-Nya. Karena kau akan memeluk mimpimu, cita-citamu dengan cara-Nya.
Berkaca dari Musa AS, terus mengasah “gergajinya” mendalamkan pemahamannya, menajamkan pengertiannya. Dialah yang teralim dan terpandai di kalangan Bani Israil saat itu, karena Allah tegaskan sekalipun tujuh lautan menjadi tinta dan semua kayu-kayuan menjadi pena untuk menuliskan ilmu-Nya, tak akan cukup untuk menuliskannya. Begitu semangat Musa. Dia mengatakan “Aku takkan berhenti berjalan hingga sampai pertemuan 2 lautan atau aku akan berjalan bertahun-tahun!” tidak kah hati ini bergetar dengan tekad semangatnya, dengan waktu yang kita miliki, lebih banyak kita lalai. Panjangnya waktu plus kesabaran merupakan suplemen bagi penuntut ilmu kata Imam Asy-Syafi’i. Lalu bagaimana jika waktu kita banyak tak berarti disalah gunakan, begitu banyak kerugian. Lebihnya kita gunakan waktu itu dengan maksiat. Sama dengan mempertumpul kemampuan kita dalam menyerap cahaya itu.
“Kuadukan pada Imam Waki’ buruknya hafalan. Maka dia arahkan aku tinggalkan kemaksiatan. Nasihatnya, sungguh ilmu Allah adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan pada pendurhaka” (Imam Asy-syafi’i)
Jangankan berbuat maksiat, kita kotori sedikit saja diri kita dalam menuntut ilmu seharusnya tak pantas. Seperti Ilmu yang lebih luas dari samudera dan segala perairan dari semua penjuru. Kamu cukup memasukan cita-citamu seperti kertas kedalam botol, menutupkan dan melemparnya kelautan tanpa membuat kertas itu basah. Karena Allah dekat, Karena Alllah maha kuasa atas segala sesuatu.
Belajar adalah jalan cahaya, menuntunmu keluar dari kegelapan dunia, membawamu kejalan yang lurus, dan mengangkat derajatmu. Imam Sufyan Ats-Tsauri, “Tak ada yang lebih agung dibawah derajat kenabian, selain belajar dan mengajarkan”
Menarik benang merah. Begitu banyak nikmat-Nya hingga pasti tak akan pernah mampu untuk membalasnya. Paling tidak hidup ini mampu menjadi seperti mata air, mata air yang jernih. Bermanfaat untuk sesama dengan Ketinggian keindahan ilmu. Ilmu yang luas seperti samudra dan seluruh perairan diseluruh penjuru bumi dan mata air yang jernih, tak pernah kering, menjadi salah satu bagian terpenting dari kehidupan makhluk bermanfaat untuk sesama. Bagaimana tidak padi tumbuh dengan siramannya, ikan-ikan akan klepek-klepek tanpanya, pun manusia sangat memerlukannya.
Mata air yang jernih, visioner. Titik mula kebaikan untuk sesama.
            

6/28/2016

CITA-CITA SETINGGI LANGIT


            Keimanan dan keyakinan kepada Allah sudah pasti menjadi hal yang penting bagi wanita muslimah. Iman sejati, hasrat yang kuat dan cita-cita tinggi merupakan hal-hal untuk meraih ridha Allah didunia dan akhirat. Wanita sebagai arsitek peradaban, wanita bisa membangun suatu peradaban, peradaban gemilang dangan cahaya kebaikan.
Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan, “Pondasi perbaikan bangsa adalah perbaikan keluarga, dan kunci perbaikan keluarga adalah perbaikan kaum wanitanya. Karena wanita adalah guru dunia. dialah yang menggoyang ayunan dengan tangan kanannya dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya”. Kita bisa tengok sejarah silam dan kita dapatkan figur-figur mulia dengan tempat terhormat ditengah-tengah umat. Khadijah ra, dengan pengorbanan yang demikian fenomenal dalam mendukung perjuangan Rasulullah SAW menjadikan namanya terus berkibar sepanjang zaman, bahkan wanita masa kini dianjurkan untuk meneladaninya. Aisyah ra seorang cendikiawan muda yang meriwayatkan banyak hadist, dan Asma binti Yazid seorang mujahidah yang membinasakan sembilan tentara Romawi diperang Yarmuk. Sejatinya, wanita masa kini dapat meretas jalan dan mengikuti jejak pendahulunya.
Seseorang dengan cita-cita setinggi langit dan jiwa mulia tak akan rela dengan sesuatu yang bernilai rendah dan fana, cita-cita tertingginya adalah berlomba menuju puncak derajat suci nan abadi. Dia tak akan mundur dari sesuatu yang dicarinya, meskipun jiwanya berpaling dari pencarian itu. “Untuk apa jasad ini tersiksa?” orang yang rajin dalam ketaatan akan berkata “Kemuliaan yang aku inginkan”. Cinta-Nya kepadamu, Ia percayakan amanah langit dibahumu. Cinta-Nya kepadamu, Ia pilhkan jalan ini untukmu. Jalan yang harus dilalui dengan perjuangan. Ada nikmat disitu dan nikmat itu hanya dapat dirasakan oleh mereka yang istiqomah dalam letih memenuhi hasratnya. Bersabar dan berbahagialah.
Tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Teruslah bergerak, berkarya dan berdaya.
Biarkan Dia beri keputusan terbaik.
            Jangan pernah takut berjalan diatas bumi Allah jika pegangan kita hanya kepada Allah. Tak ada seorangpun yang mampu menggoyahkan kita bila kita yakin semua yang terjadi memiliki tujuan yang baik, karena Allah maha baik. Teruslah berjalan lurus dalam tujuanmu, terlebih dengan visi yang mulia. Mengertilah saat ada orang-orang yang hendak menjatuhkan kita, menandakan kita berada diatas mereka, ketika ada orang-orang yang sedang membicarakan kita dibelakang berarti kita sedang berada didepan mereka. Mudah, sangat mudah, yang menyulitkan hanyalah pandangan kita yang cenderung kearah negatif, sehingga esensi-esensi tadi tertutup oleh kesedihan, kekecewaan.

Tujuan yang jelas akan membuat siapapun terjaga dalam perjalanannya meski letih, kebenaran ini pasti akan kau terima entah esok atau lusa. Aku akan menjadi bagian dari yang memperjuangkannya, seumur hidupku, sebagai bukti kesadaran dan keyakinan. Tegasku berdasar, beralasan. Kalaupun kelak tersisa satu kupastikan itu aku. Iya. Itu aku.

Yes.

Assalamualaykum wr. wb Tidak ada kalimat yang lebih indah selain salam untuk membuka tulisan ini... “Segala puji bagi Allah yang telah mengajarkan dengan pena, memberi kita berbagai kenikmatan, menjauhkan dari bencana, menyelamatkan dari kebodohan, dan menjadikan kita sebagai umat terbaik, umat Muhammad”.
 “Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Al Kahfi:13)
 Ajakan itu datang, “Kemarilah, kemarilah! Kita mengukir cinta, sebuah janji setia dengan derasnya air mata yang akan membersihkan segala penyakit dan dosa. Kemarilah! Kita perbaharui janji setia itu didalam hati kita. Kami mendatangimu dengan penuh sukarela dan kami akan membalasimu dengan cinta”
Ajakan itu datang dan menarikku kedalam sebuah lingkaran, lingkaran yang tak akan pernah putus, tanpa akhir dan tanpa titik, bagaimana awal ajakan itu datang aku sudah lupa, pasti diingatanku “
Ajakan itu tidak akan salah mengenai sasaran”. Lingkaran yang memadukan hati ini untuk berhimpun dalam naungan cinta-Nya, bertemu dalam ketaan, bersatu dalam perjuangan dan menegakan syariat dalam kehidupan.
 Ajakan itu kemudian datang beserta perangkatnya untuk mewujudkan perbaikan diri dan generasi muda dalam mewujudkan sebanyak mungkin kebaikan untuk ummat. Ajakan itu datang dengan keprihatinan terhadap segolong generasi muda yang tidak pernah berpikir untuk perbaikan diri dan komitmen terhadap ajaran islam. “Mereka adalah cadangan-cadangan iman dan “kekayaan” melimpah. Namun, mereka membutuhkan orang yang datang untuk menyeru dan mengingatkannya, menyingkap tabir kegelapan darinya, dan menggosok karat yang melekat padanya sehingga, dia akan kembali bersih, suci dan kuat dengan ijin Allah.
” Harapan agar arah ini terus searah dengan ajakan itu ada. Arah ini sempat ingin lepas dari jalur ajakan itu, Tak jarang suara dengan pendapat yang lurus menjadi sekedar ejekan, tersingkirkan dan dengan tegasnya pemikiran sekuler menjadi suatu kewajaran yang sangat terlihat indah.
 “Niat yang lurus dan tuluslah modal dasar untuk terus berjuang dijalan ini”.
 “Jagalah lima perkara sebelum datangnya lima perkara. Masa mudamu sebelum masa tuamu; masa sehatmu sebelum masa sakitmu; masa kayamu sebelum masa miskinmu; masa hidupmu sebelum kematianmu; masa luangmu sebelum masa sempitmu.” (HR Hakim dengan sanad shahih)

8/20/2014

Ubah buah lemon menjadi minuman manis !

Gini, buah lemon itu mungkin tidak manis, tapi jangan salah, kamu bisa buat minuman yang manis dengan lemon itu. Itu bisa kita umpamain sama masalah, anggap aja buah lemon itu masalah kita harus sebisa mungkin berusaha buat ngejadiin masalah itu keuntungan.

Ketika Rasulullah s.a.w. diusir dari Makkah, beliau memutuskan untuk menetap di Madinah dan kemudian berhasil membangunnya menjadi sebuah negara yang sangat akrab di telinga dan mata sejarah.
Ahmad ibn Hanbal pernah dipenjara dan dihukum dera, tetapi karenanya pula ia kemudian menjadi imam salah satu madzhab. Ibnu Taimiyyah pernah di penjara, tetapi justru di penjara itulah ia banyak
melahirkan karya. As-Sarakhsi pernah dikurung di dasar sumur selama bertahun-tahun, tetapi di tempat itulah ia berhasil mengarang buku sebanyak dua puluh jilid. Ketika Ibnul-Atsir dipecat dari jabatannya, ia
berhasil menyelesaikan karya besarnya yang berjudul Jami'ul Ushul dan an-Nihayah, salah satu buku paling terkenal dalam hadits. Demikian halnya dengan Ibnul-Jawzy, ia pernah diasingkan dari Baghdad, dan karena itu ia menguasai qiraah sab'ah. Malik ibn ar-Raib adalah penderita suatu penyakit yang mematikan, namun ia mampu melahirkan syair-syair yang sangat indah dan tak kalah dengan karya-karya para penyair besar zaman Abbasiyah. Lalu, ketika semua anak Abi Dzuaib al-Hudzali mati meninggalkannya seorang diri, ia justru mampu menciptakan nyanyiannyanyian puitis yang mampu membekam mulut zaman, membuat setiap
pendengarnya tersihir, memaksa sejarah untuk selalu bertepuk tangan saat mendengarnya kembali.

Jadi, kita mesti bisa mengambil keuntungan dari suatu masalah. saya kasih contoh dengan buah lemon yang sangat kecut, kamu bisa tambahin gula beberapa sendok agar menjadi nikmat.

Coba deh buka !......(QS. Al-Baqarah: 216)




{Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.}
 
ntuh jadi jangan anggap kalo kamu dapat masalah itu tidak ada kebaikan sama sekali didalamnya, kamu harus belajar kalo masalah itu bisa kamu jadikan keuntungan. Ingat Allah Tau, sangat mengetahui.

Ada udang dibalik batu, ada rahasia dijutaan manusia dan selalu ada yang terbaik dibalik itu semua

Ntar,
Tapi jangan sampai juga kita bertindak seolah-olah tidak ada Allah loh.

{Atau, siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila
ia berdoa kepada-Nya.}
(QS. An-Naml: 62)

Jadi, saat ada masalah, kesulitan, kegelisahan. Jangan menyandarkan kebahu makhluk yang juga lemah, ingat masih ada lantai untuk bersujud. Buat apa bersandar kepada makhluk yang juga lemah, yang hanya bisa memberi harapan, pada dasarnya semua makhluk itu lemah tanpa Allah yang menguatkan dan Allah tidak sekedar memberi harapan. jadi jangan mau bersandar dan juga jangan mau disandarkan, karena ujung-ujungnya bakalan jatoh. Aneh juga kalo misalnya bersandar sama yang lemah, tidak ada upaya tanpa seizin Allah


Sedikit dari buku terjemahan La-Tahzan dan lupa nama penerjemahnya
;) saling berbenah saya bisa aja salah, maafkan.......